Apr 29, 2013

DO WE EAT LIKE A KING OR LIKE OUR PROPHET?




Let the picture speaks for itself. How is that even possible? Allah says in Quran :

      O beloved! Undoubtedly, We have bestowed you abundance of good.       (108 :1)

So what are the abundance of good that we always take for granted? Health is one of them. And how does obesity have got anything to do with this? According to WHO, overweight and obesity are major risk factors for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer. It’s not too late to change or to start. Prevention is better than cure afterall. Let us look from our deen’s perspective; Holy Quran and Prophet Muhammad SAW.

Allah touches on two extremely important points in the Qur'an when it comes to food consumption: quantity and quality.

As to food quantity, He states:
وَڪُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ‌ۚ
                                              Eat and drink, but not to excess   (7:32)
As to food quality, He states:

                                        يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًۭا طَيِّبًۭا
“Eat of what is lawful and wholesome on the earth. (2: 168)
 A highly important factor of health promotion is proper nutrition. Choosing wholesome food and avoiding what is unwholesome are essential to health
Here are three simple basic rules of our Prophet Muhammad SAW  ; 1. food quantity, 2.food quality and 3.exercise.
Our Prophet Muhammad SAW and Food Quantity

The worst vessel the son (or daughter) of Adam ever fills in his (or her) stomach.  It is enough for the son of Adam to eat a few morsels that will maintain his back’s uprightness.  But if he must add more to his stomach, then let it be one third for food, one third for water, and one third for air 
                                                             (Ahmad, At-Tirmidhi, An-Nasaa'I, Ibn Majah – Hadith sahih)

Looking at this hadith, our Prophet is actually drawing our attention to the dangers of overeating and how surprisingly little food we really need to live but of course not asking us to starve. In other words, we eat to live, not live to eat  Looking at the society, (which include us obviously) , our approach to food is somehow flawed. We take things for granted. We eat when we are bored, we eat when  are stressed, we eat when we are happy. We scroll through food blogs, we eat. We watch Food Netwrok, we eat.Try to recall the last time you eat when you actually feel hungry and when we eat, we tend to overeat. Aha.

Consuming food is not wrong but the way we consume might be wrong. So how do we change our perspective on food consumption? Fasting! One of the best remedies of Prophet SAW. Fasting was a regular part of the Messenger's life. He would fast every Monday and Thursday. He would also fast the 13th, 14th and 15th of each month. Once you add them up you get eleven days, or roughly one-third of the month in which the Messenger would fast.

Many Muslims do not realize that when the Qur'an states that the purpose of fasting is to increase taqwa (God-Awareness), this "taqwa" attained through fasting should also manifest itself on a physical level. These physical results of fasting may have some of the following benefits :reduce blood pressure,decrease oxidative stress,protects against degenerative brain disease, control appetite,increase fat burning,increase sense of well being and so on.

Our Prophet SAW and Food Quality

Rasulullah SAW  lived to the age of 63 yet he was never reported to have experienced any cases of stomach ache or any severe illness.Our prophet himself is a very good dietitian.His diet was simple, but packed with nutrients.Among the foods that he ate regularly are dates, watermelon, cucumber, olive oil, honey, milk,yogurt, barley bread and meat (occasionally). Of course there are rules or guides on the eating principle. Try this few tips : 


Our Prophet SAW and Exercise

 Our Prophet Muhammad SAW was a very physically fit person. He used to walk at a fast pace and those who walked with him had difficulty keeping with him.  In a hadith reported by Ali (r) in Tirmidhi, he described Muhammad’s (s) vigorous way of walking:

“When he walked, because of the speed and force of the legs, it seemed as if he was descending from a high place.”  

Abu Huraira in another hadith in Tirmidhi narrated that,

I did not see anyone walk faster than him, as is the earth folded for him. A few moments ago he would be here, and then there. We found it difficult to keep pace when we walked with him and he walked at his normal pace.”

The Prophet taught the importance of walking as a physical exercise by walking around Madina on foot even when he could have ridden a horse or a donkey. The prophet taught by example that the best manner in walking is taking quick and big steps,  harwalat.  The Prophet’s walk is described as form of jogging, harwala, as he was always in a hurry. He never walked lazily. So the next time you feel like a zombie walking helplessly or walking lazily gossiping with friends, think of how Rasulullah SAW would walk.

So that’s it for now. There are a lot of guides out there from scientific researches, Rasulullah SAW ,and the  Quran itself What is in here is just a tiny bit of those. Wallahu’alam

Penulis:

Anonymous
Pelajar perubatan tahun ke empat
Medical University of Warsaw

Dunia Hanya Persinggahan



“This worldly life has an end
And it’s then real life begins
A world where we will live forever
This beautiful worldly life has an end
It’s just a bridge that must be crossed
To a life that will go on forever”




Ibarat merantau ke negeri orang, begitulah dunia. Jika kita punya pepatah Melayu ‘seperti sirih pulang ke ganggang’ dalam Al-Quran kita punya,  

"Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali." (2:156)

            Suatu hari nanti, kita pasti akan kembali kepada Maha Pencipta. Itu destinasi, itulah yang pasti! Kita sedar yang kita hanyalah meniti jambatan dunia yang kadang kala penuh dengan segala bentuk liku. Ya Allah, peritnya jika halangan menimpa! Yang termampu, hanya berdoa memohon kekuatan untuk menghadapi ujian yang dunia yang menggunung. Tapi, mengapa aku diuji?!

"Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut:2-3)

            Tidak semudah itu kita  mendakwa keimanan kita sehingga dihempap musibah. Merasakan diri tidak mampu untuk menghadapinya, semangat semakin luntur, ada jiwa yang gugur.

"Dan antara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah." Tetapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksanakan perintah Allah, dia menganggap gangguan itu seakan-akan seksaan daripada Allah. Dan jika datang pertolongan daripada Allah, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami berserta dengan kamu (kaum mukmin)." Sesungguhnya bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia? Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang yang beriman dan benar-benar mengetahui orang yang munafik." (QS Al-Ankabut:10-11)

            Jika bukan musibah sekalipun, keselesaan kita sudah cukup untuk membuatkan kita rebah.

"Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya." (QS Al-Kahfi:7-8)

            Bagaikan peperiksaan, kita sudah punya soalannya, kita sudah punya pilihan jawapannya, kita sudah punya skema jawapannya, jika kita sudah bersedia, insya-Allah dengan tenang dan yakin kita menghadapinya.


يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30)


Penulis:

Anonymous


Apr 24, 2013

BERUBAH ITU SUATU PROSES



Jika kita lihat bagaimana kita hari ini, apakah proses yang telah kita lalui sehinggakan kita berada di tahap sekarang?Cuba kita fikirkan kembali bagaimana hari ini kita mampu berjalan.Pastinya ada proses meniarap seterusnya merangkak dan berjalan.Kita bukan dilahirkan untuk terus berlari tanpa melalui satu proses perubahan.Fasa di mana kita belajar.Kadang-kadang kita jatuh tersungkur di tengah jalan.Namun kerana semangat kita bangkit dan teruskan usaha.Kita tidak kenal erti putus asa.Perubahan dalam diri seseorang itu sebenarnya suatu proses yang memerlukan kesabaran, usaha , keinginan yang kuat dan istiqamah.

Pastinya perjalanan mengenal Tuhan itu juga penuh dengan ujian. Bilamana kita terfikir pandangan orang lain terhadap kita apabila kita berubah. ‘Bolehkah aku berpakaian sebegini,nanti takkan ada yang nak kawan..’ ‘ Boleh ke nak post benda baik-baik kat facebook nanti orang cakap aku ustazah  pula’  Kadang-kadang kita sibuk fikir apa orang lain akan rasa berbanding apa sebenarnya yang kita mahu. Apa sebenarnya impian kita untuk hidup di atas dunia ini. Pastinya kita mahu menjadi hamba Allah yang diredhaiNya bukan ? Kita mahu menggapai syurgaNya bukan ? Jadi tunggu apa lagi, marilah kita berubah.

(Qs 5:119)

 Allah berfirman: "Inilah hari (kiamat) yang (padanya) orang-orang yang benar (pada tutur kata dan amal perbuatan) mendapat manfaat dari kebenaran mereka; mereka beroleh Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia. Itulah kejayaan yang amat besar".

Dan pastinya sepanjang proses perubahan itu banyak yang perlu kita korbankan. Kita perlu tinggalkan sesuatu yang mungkin sudah menjadi kebiasaan kita. Atau mungkin perlu menahan pandangan pelik dari kawan-kawan. Namun  setiap kali itu terjadi ingatlah balik kerana siapa kita berubah. Mengapa kita berubah. Perbaharui niat kita selalu. Ingatlah langkah yang pertama untuk itu pasti banyak dugaannya, namun apabila kita sudah bergerak untuk berubah pastinya hati kita akan  lebih tenang. Hendak mula bernafas sewaktu  mula-mula keluar dari rahim ibu juga susah. Ini kan pula membuang karat jahiliyyah dalam diri.

(Qs 2:245)

Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.

Tetapi ingatlah perasaan kita juga pinjaman yang kita boleh berikan pada Allah. Dan Allah telah berjanji akan melipat gandakan  balasannya. Berganda-ganda lebih banyak.. Jadi apakah kita masih perlu menunggu?

Pintu taubat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu sentiasa terbuka luas pada hambaNya yang menginginkan keredhaanNya. Hanya manusia yang selalu bersikap sombong dan lupa untuk meminta.

Marilah kita menempuh proses mengenal Tuhan di muka bumi ini agar di akhirat nanti kita akan berjumpa kejayaan yang hakiki.

Sekian.




Penulis:

Nazareth Zahra
Pelajar perubatan tahun ke tiga
Medical University of Warsaw

Apr 21, 2013

Menu Rasulullah S.A.W



Adalah fitrah semulajadi seorang manusia makhluk ciptaan Allah mempunyai keperluan untuk mencari sesuap makanan. Ini adalah cara untuk memastikan kelangsungan kehidupan dan membolehkan kita untuk mengumpul sumber tenaga dalam meneruskan kerja seharian. Namun begitu, apabila fitrah ini berlebihan dan disalahgunakan ia bertukar menjadi nafsu yang tidak terkawal.

 Walaupun begitu, sebagai seorang hamba yang telah dikurniakan akal oleh Allah s.w.t, kita mempunyai kelebihan untuk memilih dan mengawal makhluk bernama nafsu dengan pertimbangan yang baik. Firman Allah dalam Al-Quran : 

“Demi nafsu (manusia) dan kesempurnaan (kejadian) maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafsunya.”

(Surah Asy-Syams 91 : 7-9 )

                Oleh yang demikian, Rasulullah s.a.w adalah contoh terbaik untuk dijadikan Qudwah dalam kehidupan seharian kita bukan sahaja dari segi ibadat malah dari segala sudut kehidupan. Mari kita lihat sama-sama apa menu sajian Rasulullah s.a.w. dalam diet seharian 

Baginda yang boleh kita amalkan : 

·         Kurma dan air kosong
·         Tharid iaitu roti dicampur dengan daging dan berkuah
·         Roti yang dimakan dengan cuka
·         Roti dengan minyak zaitun
·         Roti dengan keju
·         Bubur yang dibuat daripada susu dan gandum
·         Roti dengan kurma
·         Kurma dengan mentega
·         7 biji kurma yang direndam dalam susu ( biasanya dimakan pada waktu pagi)
·         Kurma dan tembikai
·         Timun dan kurma

                Di sini dapat kita lihat bahawa hidangan Baginda Rasulullah s.a.w sungguh sederhana dan berkhasiat. Walaupun sedikit namun Baginda mampu membina kekuatan yang mantap untuk beribadat, qiam dan sebagainya. Semoga kita dapat menghayati dan mengambil banyak iktibar dari cara hidup Baginda untuk membina diri sebagai seorang muslim yang diredhai Allah.











Apr 15, 2013

It's time to work a little harder




Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Kalau ditanya "apa tujuan hidup anda?".

A : Tujuan aku hidup untuk jadi orang kaya, ada gaji besar, ada rumah besar.

B : Eh eh, kenapa tanya macam tu, hidup aku, ada lah tujuan aku sendiri.

C : Erk, apa yer? Tak pernah fikir pula selama ini.

D : Laa, tak perlu tanya kut, bukan ke kita semua patut jelas tujuan hidup kita. Try buka quran tengok ayat di bawah.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merosak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?'' Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (2 :30 )

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku"(52 : 56)

Hohoho... skema sangat ni.

D : Ops, ada aku kisah. Skema Allah, kena pertikaikan ke?

No doubt. Tak boleh dibantah. Tak boleh buat-buat lupa yer. Dijadikan manusia itu (KITA) oleh Allah sebagai hambanya untuk beribadah kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah di atas muka bumi ini.

A : Okey, fine!! Aku dah tahu lama lah. So what?
So, kamu kena bertindak sebagaimana yang kamu dah tahu. Okey, saya boleh kata sekarang yang kamu tahu, tapi kamu tak faham fakta tersebut. Kan?
Listen! Listen! Listen!
Bila mana kita mengatakan kita ini adalah Hamba kepada Allah s.w.t., muslim, penganut kepada agama-Nya yang syumul, kita kena faham seluas mana ruang lingkup "kerja" kita tu.
B : erm, aku sembahyang cukup 5 kali sehari la. Apa?Ingat aku tak puasa? Aku siap pergi umrah lagi tahun lepas. Apa lagi?
Hah, itu lah masalahnya sahabatku. Pemahaman kita sebagai muslim itu hanya terbatas dalam rangka ibadah semata-mata. Cukup kita mengucap 2 kalimah syahadah, solat 5 waktu sehari, puasa dalam bulan Ramadhan, keluarkan zakat. Job as a muslim is DONE! Itu yang tak complete.
Muslim,abid(Hamba) kepada Allah s.w.t. itu menyerahkan dirinya kepada Allah semata-mata. Faham bahawa dirinya itu milik Allah, dipinjamkan oleh Allah hanya seketika untuk mengabdikan diri kepada Nya. Abid kepada Allah itu,
Diri dan hati mereka sangat terikat dengan sang Dia. Hidup seharian mereka tak lari dari rangka ibadah lillahi taala. Mereka bukan bebas dari dosa, tetapi segera kembali kepada Allah. Abid kepada Allah itu, mereka yang redha dan menerima segala ketentuan hidup mereka. Bila diberi nikmat, mereka ingat bahawa itu pinjaman Allah, boleh jadi ujian untuk mereka. Bila ditimpa musibah, mereka hanya mengadu kepada Allah.
Khalifah kepada Allah itu kerjanya memimpin manusia yang lainnya. Tak akan cukup dengan hanya diri kita menjadi baik, tanpa kita berusaha memperbaiki orang lain. Kerana, kesannya mereka akan turut mempengaruhi hidup kita.
A : Eish, buat apa nak susah-susah ajak orang lain pula. Fikirkan diri sendiri sudahlah. Tak payah nak fikir orang lain.
Sahabatku, maaf kalau saya katakan fikiran yang sebegitu menggambarkan pemikiran yang SEMPIT.
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.".....
"Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu."
"Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang yang tidak kamu mengetahui."
Sahabatku,Allah sangat sayangkan kita, meletakkan kepercayaannya ke atas kita untuk mentadbir bumi-Nya dengan hati dan diri tunduk patuh kepada Dia.
Bukan kerana Allah atau pun Islam yang memerlukan kita. Tapi kita yang memerlukannya. Kerana kita akan hebat dengan Islam, kita akan indah dengan Islam. Kita akan mulia dengan agama Allah ini. Sahabatku, tiada salahnya kita mengubah hidup kita untuk Allah, memaknai hidup dengan Islam yang sebenar.
Sahabatku, berbekallah di dunia ini untuk kehidupan akhirat.




Penulis:

Nik
Pelajar perubatan tahun ke tiga
Medical University of Warsaw

Apr 6, 2013

Usah risau jika tayar kau pancit




Arghh.tension tayar pancit?

Assalamualaikum semua! Moga-moga hari ini adalah lebih baik daripada semalam ya?
Hari ini saya nak bercerita satu analogi.Mudah saja.Tak perlu nak berkerut dahi dan angkat-angkat kening memikirkan analogi saya ini.
Analoginya mudah saja.Tahu tak anda bahawa hidup ini seperti memandu kereta (musafir)?Anda adalah pemandu cun dan macho bagi kereta anda?Stesen anda pulak?Mana?Tentu-tentulah akhirat!
Haaa..Amacam?dapat bayangkan tak?Kita adalah musafir saja kat dunia ni.Kita ada kereta iaitu hidup kita.Di dunia kita ada banyak sangat R&R (masa lapang) yang kita perlu berhenti untuk berehat,isi minyak dan hirup udara segar selepas lama memandu.Kita ada masa yang sudah ditetapkan untuk perjalanan menuju ke stesen yang menjadi destinasi iaitu akhirat (umur) .Tetapi dalam keasyikan kita memandu,kita terpaksa berhenti sekejap dan mula resah sebab tayar kita pancit la pulak! (ujian)


Dan bila saat itu tiba..kita resah gelisah.Dahla sorang-sorang bawa kereta.Tetiba kena berhenti pulak tengah jalan.Malam pulak tu.Alamak,seramnya!* menjerit minta tolongla,apa lagi*
Okay,first time kita sangat gelabah.Telefon kawan sana sini(bagi yang perempuan).Tapi alhamdulillah ada orang lalu dan tolong kita..Settle!
Kita pun dengan gembira menyambung perjalanan sambil memasang lagu kesukaan kita.
Malang tidak berbau.Hari kedua tayar kita pancit lagi.Sob sob.
Apa kita buat?Adakah kita akan gelabah dan cemas seperti hari pertama tayar kita pancit?Tak bukan?Kita akan bertenang dan berfikir lebih rasional saat itu.Dengan tenangnya menekan number kawan (bagi yang perempuan),dan sabar menunggu kawan datang.Rasa tak gelabah pun?Takpun kita sendiri yang tukar tayar.Kalau pandai la.hehe
Pelik bukan?
Tak pelik haih!Itu kerana kita sudah immune dengan masalah tayar pancit kita dan menganggap hal itu boleh diselesaikan.Sama jugalah dengan hidup ini,pertama kali didatangi ujian,masalah,konflik dan bla bla,kita akan rasa sangat sedih.Semacam dunia ini gelap dan tiada tempat dah untuk kita berteduh.Rasa macam nak  terjun bangunanlah.Haish!Jangan!
Namun bila kita sudah dua tiga kali berdepan dengan masalah dan konflik,kita akan jadi kuat dan lebih rasional dalam menyelesaikannya.Betul tak?Ujian bukan didatangkan saja-saja.Ujian datang untuk mengklasifikasikan kita dalam golongan mana oleh Allah S.W.T.Kita jenis yang sabar atau terus memberontak.
Al-Ankabut [2] Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata:  Kami beriman,  sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)?
Tanpa ujian Allah tidak tahu setakat mana keimanan kita kepadaNYA.Sama sajalah mengapa kita ada exams di sekolah.Exams diadakan untuk menilai sejauh mana kemampuan kita dalam sesuatu mata pelajaran.Siapa tahu kita bakal meraih anugerah cemerlang di akhir tahun?Ingatlah exams bukannya direka untuk membebankan kita.Sama sekali tidak.
Walaupun dihimpit masalah.Cubalah untuk tersenyum
Selain itu,jadilah pemandu yang mematuhi peraturan jalan raya juga (peraturan Allah).Setiap peraturan jalan raya memang untuk menyenangkan kita.Namun kita suka je memandu laju dan ikut suka hati tanpa menyedari ada lubang besar rupanya didepan.Begitu juga dengan peraturan yang ditetapkan Allah sudah pasti sangat baik bagi kita.Hanya kita manusia yang lemah ini saja yang sukar menyingkap hikmahnya.
"...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
(Al-Baqarah: 216).

Oleh itu kalian,Janganlah risau jika tayar kau pancit!Itu bagus untuk kesihatan mental kalian juga.Eh?

Penulis:
Armanizam 
Pelajar perubatan tahun tiga
Medical University of Warsaw