Feb 26, 2013

Anda mahu jadi yang mana?




Pernahkah anda berhadapan dengan keadaan yang mana terdapat ramai sangat manusia di sekeliling anda?Ya, maksud saya ramai,banyak,berduyun-duyun,berpusu-pusu,berbondong-bondong dan perkataan-perkataan yang mempunyai makna yang sewaktu dengannya.

Seringkali apabila berada dalam keadaan dan suasana seperti ini, ianya mengingatkan saya akan ramainya manusia yang Allah ciptakan di dalam dunia ini . Menurut US Cencus Bureau, populasi penduduk dunia pada tarikh ini,24 Februari 2013 adalah 7,068,369,344 orang. Ramai bukan? Ini belum lagi ditambah dengan bilangan manusia yang pernah hidup dan sudah meninggal semenjak dari zaman Nabi Adam a.s, terdahulu. Pastilah angkanya jauh lebih besar jika kita jumlahkan kesemuanya.



  

Dalam kalangan manusia-manusia yang ramai ini, Allah ceritakan pada kita melalui al-quran, bahawa mereka akan terbahagi kepada beberapa golongan. Mari kita lihat contoh beberapa golongan yang Allah telah ceritakan dalam surah al-hajj, ayat 56-59.

Ayat 56:
Kekuasaan pada hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan.

Ayat 57:
Dan orang-orang kafir dan yang mendustakan ayat-ayat Kami,maka mereka akan merasakan azab yang menghinakan.

Ayat 58:
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah,kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik(syurga). Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi rezeki yang terbaik.

Ayat 59:
Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk (syurga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.

Di dalam empat ayat ini, Allah menceritakan mengenai 3 golongan manusia.

Pertama, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Mereka ini, di hari kebangkitan kelak, Allah ganjari keimanan dan amalan-amalan kebajikan mereka semasa di dunia dengan syurga-syurga yang penuh dengan kenikmatan.

Golongan kedua pula adalah golongan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayatNya. Dan kepada mereka, Allah telah sediakan balasan azab yang menghinakan, yang tidak terperi peritnya, setimpal dengan perbuatan-perbuatan mereka yang mengingkari Allah semasa kehidupan mereka di dunia dahulu.

Dan golongan yang ketiga, adalah orang-orang yangg berhijrah di jalan Allah, kemudian terbunuh atau mati. Pada golongan ini, Allah bukan sahaja menjanjikan ganjaran syurga dan kenikmatannya semata-mata, namun istimewanya, Allah memberi pilihan untuk mereka memilih antara syurga-syurga yang telah tersedia.

Oleh itu, yang mana pilihan anda? tepuk dada, tanya iman ;)





Penulis:

Aiman Nor Nasaruddin
Pelajar perubatan tahun ke empat
Medical University of Warsaw





Feb 25, 2013

CINTA ITU



Akhir-akhir ini saya jadi tertanya-tanya,
"Mengapa hati aku betul-betul tak keruan?"
Semangat seolah terbang melayang.
Kelesuan menggugah jiwa.
Kemalasan meraja di hati.
Fikiran berkecamuk.
Ada sahaja yang tidak selesai.
Ada sahaja yang tidak kena.
Setelah diselesaikan, muncul masalah baru.
Itu tandanya punca masalah tidak diselesaikan

Saya tercari-cari mengapa.
Saya cuba bangkit namun mungkin tak kena caranya.
Saya jatuh kembali.
Kita akan diuji dengan perkara yang sama sehingga kita berjaya mengatasinya.
Teringat pesanan seorang sahabat.
Lantas saya teruskan mencari dan mencari.
Kerana saya yakin pasti ada sesuatu di balik semua ini
Lebih dari seorang sahabat saya tanya dan meminta nasihat.
Laman-laman islamik saya lawati.
Ceramah-ceramah saya perdengarkan.
Tak kurang lagu-lagu motivasi saya jadikan halwa telinga.
Sehingga akhirnya saya yakin bertemu jawapannya.

Ketandusan CINTA.
Ya hati ini telah jauh dari cinta.
Api cinta telah padam.
Tiada lagi yang menerangi hati.
Tiada lagi kuasa cinta yang memberi kekuatan.
Cinta yang bukan sembarangan.
Cinta yang menghidupkan insan.
Cinta agung.
Cinta Ilahi.

Saya memuhasabah diri.
Saat saya kuat.
Saat saya melemah.
Saat saya menjadi bersungguh-sungguh.
Saat saya kemalasan.
Saat saya menjadi sungguh ikhlas.
Saat saya merasa penat dan lelah.

 Semuanya adalah tanda hubungan  kita dengan Allah.
Kedekatan dengan Allah
Keterikatan hati yang kuat dengan Allah
Adalah sumber kekuatan dan ketenangan bagi seorang mukmin
Keikhlasan juga lahir dari hati yang dekat dan cintakan Allah
Cinta Allah adalah motivasi terbesar dalam hidup
Allah yang menciptakan kita dan memberikan segala kecukupan pada kita
Allah amat mencintai kita
Rugilah jiwa-jiwa yang ketandusan cintaNya
Sungguh cinta ilahi itu amat menyenangkan dan mendamaikan jiwa
Cinta kepada Ilahi membawa cinta makhluk kepada kita
Raihlah cinta Ilahi sebelum cinta yang lain.
Nescaya beruntunglah di dunia dan akhirat.
Orang yang mencintai Allah, tiada rasa runsing dan takut dalam dirinya
Kerana yakin Allah tidak pernah meninggalkan kita
Apatah lagi curang kepada kita.

Dekat padaMu itulah arah yang ku tuju.
Walaupun jauh akan kutempuh
Walau jauh akan kugegas berlari
Walaupun sukar akan ku gagahi 
Andai tersalah arah berikanku tanda.
Andai ku alpa berikan peringatan.
Marilah kita menghidupkan cinta Ilahi dalam hati
Jangan risau cinta Allah cukup untuk semua
Tiada lagi yang bergaduh berebutkan cinta Allah
Kerana cintaNya tidak sama dengan cinta makhluk
Namun cemburulah pada orang berusaha meraih cinta Ilahi
Agar kita tidak menjadi orang yang rugi dan melopong
Apabila di akhirat sana orang-orang yang mencintai Allah
akan mendapat darjat yang lebih tinggi
Di manakah kita berada ketika itu??

Nak dedicated lagu ni untuk semua.

http://www.youtube.com/watch?v=EHHflBqjc4U

Cahaya hati -Opick






Penulis:

Shikin Baha
Pelajar perubatan tahun ke tiga
Medical University of Warsaw


IHSAN..


Feb 21, 2013

Muhammad’s (SAW) Character






Assalamualaikum wbt. Dear fellow friends, today lets look upon our prophet Muhammad (SAW) life. A brief description about a person whom Mahatma Ghandi (a political and spiritual leader of the Indian independence movement) regards as a man with rigid simplicity, and intense devotion to his friends and followers, besides being fearless in trusting God in his own mission.

Unlike the founders of great faith traditions prior to his time, the Prophet Muhammad is much more a recognizable historical figure as his companions and family members recorded many stories (hadith) from his life for the next generations.

What did he look like?

Muhammad SAW was an Arab of noble lineage with a white complexion and rosy tinge. He was a little taller than average and well built with broad shoulders. His belly never protruded out from his chest. He walked briskly and firmly.

Muhammads (SAW) companions described him as a handsome person with prominent forehead, high tipped nose, long eyelashes, large black eyes with well set teeth and a pleasant smile. He had slightly curly hair and a thick beard.

His companions indicated that he had a friendly bright face that looked like a full moon. He did not laugh loudly; his laugh was mostly a smile that would show his teeth a bit like hailstones. His cheerfulness and open personality were felt by all people.

His nature

Muhammad (SAW) was unfailingly cheerful, easy going by nature, and mild mannered. He had a refined way about of speaking, never resorting to offensive speech or obscenities. He did not found fault with others nor did he overly praise the others.

The way he spoke

Muhammad (SAW) did not speak unnecessarily and what he said was always to the point and without any padding. His sayings were precise and concise, having complete meaning in a few words. He spoke with excellence, and there was no excess in it and no abnormal brevity.

When he emphasized a point, he used to repeat it three times with a gesture. He spoke of nothing unless he hoped a reward from Allah for it. He told his companions:

“I am a guarantor for a house in the heart of the Paradise for those who quit arguing even if they were right and I am a guarantor for a house in the middle of the Paradise for those who quit lying even if they were kidding and I am a guarantor for a house in the highest part in the Paradise for those who behave with good manners.” (Sahih Abu Daud)

His passions

Muhammad (SAW) kept his feelings under firm control. When annoyed, he would turn aside or keep silent. When someone committed an act that violates Gods law, he used to show serious anger and firm stand. No one would stand against his anger in matter of Lords truth being opposed; he would stand fast in protecting the truth until he had convinced another of the rightness of Gods truth as revealed in the Holy Quran. Muhammad (SAW) never got angry for his own sake.

His interactions with people

Muhammad (SAW) was always the first to greet others and would not withdraw his hand from a hand shake until the other man withdrew his.

Whoever saw him unexpectedly would admire and respect him. And whoever socialized or associated with him familiarly, loved him. He was gentle by nature. He was neither coarse nor arrogant to anyone.

When he looked at the others, he looked at them in full face. If someone called him, he didnt turn his face only, but gave attention with his whole body. Nevertheless, once, Muhammad (SAW) did ignored a blind man, Allah revealed first few verses of surah Abasa to comment on his action.

When he would go to visit a group, he would sit in the nearest available spot. He ordered his companions to follow his practice. He would give those seated near him his full share of attention in such a way that no one would think others had been given precedence over him. He did not reserve fixed places among the people to be seated. He was fair with his companions and all people. They were distinguished only by virtue and devotion to Allah.

His living style

Everything he did was in moderation, without excess or contrariness. He never criticised the food or drink that was prepared for him, nor did he overly praise it.

When at home, he would divide his time into three parts; one for Allah, one for family and one for himself. He always joined in household work and would at times mend his clothes, repair his shoes and sweep the floor. He used to dress well and smell good. (Sahih Bukhari, chapter: Kitabul Adab)

After al-fajr prayer, he would remain sitting in the mosque reciting the Holy Quran and praises of Allah, till the sun rose. After midnight, he used to get up for tahajjud prayers which he never missed even once in his life. (Sahih Bukhari)

He declared unlawful for himself and his family anything given by people by way of the alms (zakat) given by Muslims for the welfare to those in need. He was so particular about this, that he would not appoint any member of his family as a collector of alms for the community.
His house was nothing but a hut with walls of unbaked clay and a thatched roof of palm leaves covered by camel skin.

Muhammad (SAW) said: What do I have to do with worldly things. My connection with the world is like that of a traveller resting for a while underneath the shade of a tree and then moving on.

When he died, he did not leave a cent or any wealth except his white mule (donkey) and a piece of land which he had dedicated for the benefit of the Muslim community. (Sahih Bukhari)

No wonder Michael H. Hart ranks our prophet Muhammad (SAW) as the most influential person in history. Looking on this mere simple article about him, we would simply say that Muhammad (SAW) is the man who devoted his life for a noble cause and described himself humbly as the final brick that completed a beautiful building, which represented all prophets and messengers Allah sent to humanity, to guide them to the truth and protect them from falling astray. 

Allahuakbar!


Penulis:

Amin Anuar
Pelajar perubatan tahun ke empat
Medical University of Warsaw




Feb 20, 2013

CERPEN : Masihkah ada ruang untukku?



Matanya merah dek tangisan yang sejak tadi enggan berhenti. Dadanya terasa sesak, seolah-seolah seluruh masalah dunia diletakkan ke atas pundaknya. Walaupun cuba dikawal hati yang terasa sakit, namun dia kalah. Matanya bertakung lagi dengan mutiara-mutiara jernih sambil ditemani bantal yang ditekup ke muka, risau rakan-rakan serumah sedar akan keadaannya.

Allah. Kalimat itu diulang berkali-kali. Hatinya sebu lagi. Mengapa nama itu hanya diingatinya saat kesusahan datang menjengah? Di mana nama itu saat kesenangan menerpa? Dia malu sendiri. Namun, semakin malu semakin mahu dia mendekati Tuhannya. Kalimat itu diulang lagi. Allah. Allah. Allah. Dan ketika itulah telefon bimbitnya berbunyi.

Ahh. Dalam tangis terukir juga senyuman kecil di bibirnya. Sahabatnya. Seolah-olah sahabat itu tahu keadaannya. Dia sedar sendiri. Apa-apa saja mungkin pada Allah. Tanpa sebarang bentuk interaksi sekalipun, jika Allah mahu menghubungkan, pertalian itu tetap akan terjalin. Sahabat itu berada beribu-ribu batu jauhnya dari dia. Suara sahabatnya itu pun sudah berbulan tidak didengari, sekadar instant messages yang menjadi penghubung antara mereka.

Namun, sahabatnya itu seakan dapat merasa apa yang sedang dialaminya saat ini. Tanpa sebarang penjelasan, sahabat itu seolah-olah memahami derita yang dibendungnya. Baris demi baris ayat berbaur semangat diberikan kepadanya. Keikhlasan sahabatnya yang ingin dia kembali menjadi dia yang riang seperti dulu dapat dirasa. Sayang sahabatnya yang benar-benar menginginkan yang terbaik untuknya turut dapat dirasainya. Sungguh, saat itu hanya Allah yang tahu betapa dia bersyukur dikurniakan sahabat seperti itu.

Telefon bimbitnya berbunyi lagi. Lantas butang baca ditekan. Dan dia terpana dengan mesej terbaru dari sahabatnya itu. Dia jadi malu sendiri. Malu, yang membangkitkan semangat. Malu, yang membuatkan dia tersengih pula kali ini. Nah, teguran demi teguran Allah beri untuknya hari ini! Mahu terus membiarkan diri tersungkur, atau mahu bangkit menyahut cabaran yang mendatang?

Siapa dia untuk terus merenung nasib, mempersoalkan satu demi satu ketetapan Allah ke atasnya? Dia bukan siapa-siapa. Dia bukan pejuang hebat di Palestin yang saban hari memburu syahid. Dia bukan juga hafiz yang menghafaz al-Quran dari al-Fatihah sehingga ke an-Naas. Di mata manusia, dia mungkin bukan siapa-siapa. Namun, di mata Allah, dia masih ada masa untuk mengubah itu semua.

"Sahabatku, jika kenyataan bahawa engkau masih mampu bernafas menghirup udara Allah saat ini tanpa sebarang kesukaran tidak dapat menggembirakan engkau, aku tidak tahu apa lagi yang boleh membuatkan kau kembali riang. Sekurang-kurangnya, kita masih hidup, masih punya kesempatan untuk meraih cinta dan taubat-Nya, bukan?"

Siapa kata manusia hanya perlu menunggu takdir datang menyapa? Takdir itu letaknya di hujung usaha manusia. Apa guna duduk menongkat dagu jika sekadar mahu menyalahkan takdir satu persatu? Apa guna menangis berbaldi-baldi jika saat susah baru Tuhan diingati? Kita masih punya kesempatan, selagi nyawa masih dikandung badan. Setialah sehingga ke hujung nyawa pada setiap perintah-Nya. Biar mati menghirup haruman dari syurga, jangan pula di kubur merintih mahu pulang ke dunia.




Penulis:

Narshiela Saad.
Pelajar perubatan tahun ke empat
Medical University of Lodz

Sentiasa Di Hati..

‎"If you like to see your prayers answered during hard times , you must pray hard during easy times."
-Imam Jafar Al-Sadiq


Magis?


Dia faham dan yakin yang Allah memang punya kuasa untuk menghidupkan yang mati. Tiada ragu-ragu, tiada goyah. Namun dia masih mahu melihat bukti di depan mata, agar hatinya dapat tenang. Justeru Allah Yang Maha Pengasih memperkenankan permintaan hambaNya, Ibrahim ‘alayhi salam. Tapi sebelum itu disuruh hambanya berusaha; Ibrahim diminta mencincang empat ekor burung, meletakkan mereka di bukit-bukit berbeza, dan selepas itu memanggil mereka. Begitu banyak usaha yang dituntut daripada hambanya walaupun pada hakikatnya menghidupkan yang mati boleh dilakukanNya sekelip mata.


“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahawa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”   (Al-Baqarah, 2:260)


Maryam ibu Musa ‘alayhi salam sedang sakit mahu melahirkan. Kudrat yang lemah memaksanya untuk hanya bersandar pada sebatang pohon kurma. Tiada seorang pun manusia yang berada bersamanya ketika itu. Allah yang Maha Berkuasa menghantar Jibril untuk menolong Maryam yang semakin lemah. Namun, Maryam masih perlu berinisiatif menggoncang pohon kurma yang disandarinya untuk mendapatkan kurma yang boleh dijadikan sumber tenaga. Usaha masih lagi dituntut daripada Maryam. Walaupun pada hakikatnya pertolongan itu boleh diberikanNya sekelip mata.


“Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau…”   (Maryam, 19:23-25)


UjianNya datang untuk mendidik. Agar setelah selesai ujian, hambaNya lebih mengenali pencipta diri. Ayyub ‘alayhi salam tidak terkecuali, pelbagai ujian diatur untuk hamba terpilih ini. Penyakit yang dihidapi Nabi Ayyub tidak sembuh-sembuh, hinggalah dia berdoa. Namun Allah Yang Maha Pemberi masih lagi menuntut sedikit usaha daripada Ayyub berupa satu hentakan kaki. Walaupun pada hakikatnya kesembuhan daripada penyakit itu boleh diberikanNya sekelip mata.


“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.” (Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”   (Sad, 38:41-42)


Mari belajar daripada kisah-kisah Al-Quran yang mulia. Usaha itu yang dipandang Allah, kesannya nanti, magis atau tidak, terpulang pada kebijaksanaanNya.


Wallahu’alam



Penulis: 

Noor Syazana Shahar
Pelajar perubatan tahun ke lima
Medical University of Warsaw




Feb 12, 2013

THE ROAD NOT TAKEN AND THE ROAD TAKEN



This is a story… A story that has never been told to anyone except to true friends… This story’s about an incident that had happened to a close friend of mine… 
     

      One day, in the calmness of night, after he had given all-and-out of himself, striving hard in a tough week of exams, he was chilling inside my room, next to me… He grabbed my laptop, and started lurking in the youtube.com for his favourite video, a beautiful view of an aquarium with fish of a variety of species… He watched the video without even blinking his eyes or moving an inch… He was really amazed by the beauty of the nature inside the aquarium…
      


     
Out of sudden, I saw tears on his face going down to the chin… I asked him, “Why did you cried suddenly?”.  He replied, “This beauty reminded me of my past..  When I was 10 years  old, I used to sit down in front of TV after Isha’, enjoy watching the National Geographic, almost every weekday even for the repeated episodes.. I’d really get amazed by this mysterious nature… And my craziness toward this beautiful creation of God bring me to an aim, that is to study the secrets that lies behind the universe.. I would like to experience it with my own heart & hands..”

     
      I asked him again, “Ohh.. So, so what?”.  He replied, “So what?? See! Where am I right now?? I’m now in Medical University of Warsaw (MUW).. Gonna be a doctor.. So, gotta study a lot! Well, it’s just something that has never crossed my mind to begin with... I don’t know what makes me really wanna be a doctor so freaking bad.. Is it due to the inspiration I got from my brother? Or gaining support from beloved ones, my mom & dad, the teachers, my brothers & sisters or my best friends? Or because I wanted to commit devotion to my people? If not, what else?  I was left clueless of what am I gonna do next after the high school.. I was afraid that I’ll go astray in any of the cases.. And I don’t want to go astray!”. He kept silent for a while and then said, “ But Alhamdulillah, all praises to Him, He guided my heart towards this field… Something that really differs from my old plan.. I didn’t see the point at first, but now I see it much clearer… Verily, He is the All-Knower, All-Wise, & All-Mighty.. O Lord, forgive me for not knowing this earlier…”


    
      And I said to him, we, the people can only plan their future, but Allah is the one who decide it and verily, He is the Best Planner, the All-Wise and the All-Knowing.



“Jihad (holy fighting in Allah’s cause) is ordained for you (Muslims) though you dislike it, and it may be that you dislike a thing which is good for you and that you like a thing which is bad for you. Allah knows but you don’t know.”. –V.2: 216


Everyday, you’ve asked Him to guide you to the right way for 17 times a day…


“Guide us to the right Way”. –V.1: 6



And I believe that you’ve asked him for more than that.. Did you see that Allah gives His guidance to you either you realized it or not to whoever really look for this path?
    

      He answered, “ Yes, indeed it’s true. When I recite this ayah, my heart screams out, telling me no matter how harsh this path is, as long as you keep striving hard for it, He’ll guide you to keep yourself on this path with His blessings.. The straight path might not make you feel like you’re walking on a red carpet. Indeed, it feels like a path long and full of obstacles… 



“Everyone is going to taste death, and We shall make a trial of you with evil and with good. And to Us you will be returned.” –V.21: 35
    
      I cut in, “Indeed.. The trials of faith are the trials that make you progress more.. And this path is a path in which you couldn’t see what can you achieved up until your last breath.. The real beauty is way too far in front of you though… But inshAllah, you’ll see the beauty of it in time, little by little…


“Verily, along with every hardship is relief, Verily, along with every hardship is relief.” –V.94: 5-6


And seek help from Allah, because nothing is impossible for Him, the Lord of whole universe.. Believe in Him!


“And seek help in patience and As-Salat (the prayer) and truly it is extremely heavy and hard except for Al-Khashi’un [i.e. the true believers in Allah]”. –V.2: 45
    
      He said, “Do you know this du’a:


Ya muqallibal qulub, tsabit qulubana 'ala deenika, wa 'ala to'atika.May Allah keep us in this straight path… Ameen”

      And I replied, “Ameen Ya Rabbal A’lamin.”


Penulis: Tornado13
Pelajar Tahun Dua Perubatan 
Medical University of Warsaw

Senyuman itu menawan..


Feb 6, 2013

Balik kampung!

Salam 'alaikum. Salam buat semua.


Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka – dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya).Orang-orang yang demikian sifatnya, balasannya ialah keampunan dari Tuhan mereka, dan Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya; dan yang demikian itulah sebaik-baik balasan (bagi) orang-orang yang beramal.

[Ali-Imran (3) : 135-136]


Setiap dari kita; saya, anda, dia, mereka, semua punya satu zon masa. Zon masa yang walau apa pun terjadi, sejauh mana kita harapkan, kita tak akan mampu mengubahnya.

Zon masa inilah yang kita sebutkan sebagai masa lalu. Dan di dalam zon masa inilah tersimpan pelbagai rahsia, pelbagai cerita.

Dan kadang-kala, kerana terlalu berpaut pada zon inilah, seseorang insan itu menjadi kecewa, lantas tidak membuka hatinya untuk melihat ke arah zon masa yang berada di hadapannya.

Allah itu Maha Pengampun. Allah itu Maha Penyanyang.

Dan rahmat Allah itu tidak terbatas luasnya. Sentiasa menanti untuk mengampuni, untuk memaafkan.

Yang tidak mampu memaafkan mungkin hanyalah manusia, insan yang turut punya dosa.

Maka janganlah kita berputus asa mencari jalan pulang.



Seorang telah melakukan satu dosa, lalu dia berkata: "Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku".
Lalu Allah berfirman: "Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya (dalam riwayat lain ditambah: Aku ampunkan dosanya)".

Kemudian dia kembali melakukan dosa yang lain, dia berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa, ampunilah dosaku".
Lalu Allah berfirman: "Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya (dalam riwayat lain ditambah: Aku ampunkan dosanya)".

Lalu dia melakukan dosa sekali lagi, dia berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa, ampunilah dosaku".
Lalu Allah berfirman: "Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya, maka Aku ampunkan hamba-Ku ini, buatlah apa yang kau mahu Aku ampunkan engkau".
[HR Bukhari dan Muslim]


Bukanlah tujuan hadith ini untuk menggalak manusia melakukan dosa, tetapi menceritakan hal seorang hamba yang bertaubat bersungguh-sungguh, namun dia gagal mengawal dirinya lalu tetap terjatuh ke dalam dosa tersebut. Dan siap kali dia bertaubat itulah, Allah mengampuni dosanya itu.

Maka tiadalah bermakna kata-kata "tak guna bertaubat kalau asyik buat dosa je".
Lagi pun, kita kan insan. ;)

Jom balik kampung! (baca: bersungguh-sungguh mencari jalan pulang agar dapat ke syurga. Fanatisme syurga!)






Rujukan: Mengemudi Bahtera Perubahan Minda, oleh Dr Maza


Penulis:
Shahida Zahar
Pelajar tahun 4
Medical University of Warsaw